Hari
Ahad, 6 November 2016 kami berdua jalan-jalan ke Tawangmangu bersama rombongan
satu sekolah dalam rangka perpisahan salah satu guru yang purna tugas. Tempat
berkumpul untuk keberangkatan adalah terminal bus Demak. Kami berangkat dari
terminal Demak pukul 07.15 menggunakan Bis Pariwisata Citra Dewi (cerita sukses
Citra Dewi jika ada kesempatan akan ditulis dalam postingan terpisah).
Bus
ini ternyata karoserinya baru termasuk di dalamnya kursi dengan balutan sarung
dari bahan oscar baru kombinasi hijau muda dan abu-abu. Kombinasi warna kursi
ternyata sama dengan jok yang ada di mobil saya (kebetulan ya). Sayangnya, jarak antar kursi depan dan
belakang terlalu rapat serupa dengan jarak kursi di pesawat ekonomi.
Kabin
tempat barang serupa dengan yang ada pada kabin pesawat terbang, jadi ada
tutupnya (keren-kan). Di kabin yang ada
speakernya juga disediakan tempat ngecharge HP, tablet atau laptop. Hari ini
para penumpang bis bisa dipastikan minimal membawa satu gadget. Bagi yang tidak
memiliki powerbank outlet untuk ngecharge yang disediakan armada bus sangat
menolong bagi yang baterainya akan habis.
Di
bagian depan bus juga disediakan monitor 32 inch (lumayan besar ya) untuk
menayangkan film atau video karaoke. Kebetulan dari demak – tawangmangu hiburan
yang ditayangkan adalah Karaoke.
Perjalanan
yang cukup memakan waktu, kami sampai di River Hill tempat acara dilakukan pada
pukul 12.35. Berarti waktu tempuh demak – tawangmangu 5 jam 20 menit. Hal ini
disebabkan kecepatan jalan bis yang tidak terlalu kencang dan yang kedua ada
sebagian jalan yang merayap setelah masuk kabupaten Karanganyar.
Lokasi
River Hill dekat dengan loket dua Grojogan Sewu. Tinggal 300 meter lagi sudah
sampai di loket dua tersebut. Sesampai di hotel River Hill, kami diantar
menggunakan mobil kancil dan mobil penumpang untuk turun ke lokasi pertemuan
(Convention Hall). Bus hanya dapat parkir di depan hotel.
Pemandangan
sekitar Hotel River Hill tidak terlalu memikat mata. Bahkan bukit yang ada di
seberang Convention Hall tampak gundul dari pepohonan besar. Bukit ini sudah
dikonversi menjadi lahan pertanian, mungkin sayur-sayuran. Walaupun sebagian
sudah gundul tetapi hawa udara dingin tetap menyelimuti tempat pertemuan ini.
Selain
itu terdengar suara air mengalir yang cukup deras yang ternyara berada di bawah
bukit dari ketinggian 20 meter. Cukup dalam juga jurangnya. Suara air mengalir
dipadu dengan suara hewan (seacam belalang) yang berbunyi tret-tret-tret yang
cukup keras. Kata teman saya, suara hewan ini menandakan datangnya musim
pancaroba atau perpindahan musim dari kemarau ke musim hujan. Padahal musim
hujan sudah berlangsung 2 bulan lebih. Bunyi hewan ini agak mereda ketiak pohon
cemara yang berada di dekat saung untuk Shalat saya gerak-gerakkan daunnya.
Mungkin ada hewan yang sedang berbunyi hinggap di pohon itu.
Kembali
ke River Hill, kami tidak menginap di River Hill sehingga tidak bisa memberikan
review fasilitas kamar yang ada. Sebagian fasilitas yang sudah saya manfaatkan
antara lain: toilet (begitu turun dari bus, sasaran utama adalah ini). Toilet
bersih dan disediakan beberapa toilet di luar kamar sebagai tujuan orang yang
akan buang air kecil atau besar. Selanjutnya mushola di Gedung utama hotel juga
disediakan dengan ukuran yang cukup luas, sekitar 4 m x 5 m dan disediakan juga
mimbar. Mungkin bisa digunakan untu shalat jumat. Di dekat gedung pertemuan
juga disediakan mushola dengan model saung atau bangunan yang dindingnya
terbuka. Saung ini kerangkanya dari besi dengan penutup dari seng sedangkan
lantainya berkeramik.
Ketika
mau buang air besar di sekitar convention hall, saya harus jalan dan turun
mengikuti tanggal agak ke bawah sedikit. Ternyata sebelum sampai di toilet ada
tribun untuk duduk di mana di tengah-tengah ada air mancur dan kolam yang
dangkal. Bagusnya air mancur tersebut kalau malam hari dijadikan dance fountain
semacam yang pernah saya lihat di PRPP Semarang.
Selepas
dari toilet, saya lihat sekeliling masih ada tanggal lagi untuk turun. Kucoba
menyusuri tangga turun seorang diri. Tangga ini 1,5 meter terbuat dari beton
dengan susuran dari bambu yang dilapisi semen (perkiraan saya). Ketika saya
coba untuk menepuknya ternyata bagian dalam kosong dan bentuk susuran memang
semacam bambu karena bengkok sana sini. Sedangkan tiang susuran juga berbentuk
bambu yang sangat besar tetapi padat, mungkin dari beton yang dibentuk seperti
bambu.
Jumlah
anak tangga untuk turun ternyata banyak, berjalan turun sambil memutar sekitar
50 meter sampailah di cek point pertama yaitu toilet lagi. Coba saya lanjut
lagi, tapi tidak sampai cek point kedua saya berhenti. Harus balik lagi, takut
ditinggal rombongan yang akan menlanjutkan ke grojogan sewu lewat loket dua.
Ketika harus naik menyusuri anak tangga tadi, nafas ngos-ngosan juga.
Dari foto ini terlihat posisi yang cukup dalam/curam. Gedung yang di atas adalah Convention Hall River Hill dari bawah. Untuk sampai di sungai masih harus menempuh perjalanan melalui undakan tangga cukup banyak juga.
No comments:
Post a Comment