Breaking News

Monday, September 25, 2017

PELATIHAN YANG DIRINDUKAN


Tidak setiap guru pernah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan pemerintah. Apalagi mendapat kesempatan jalan-jalan ke ibukota negara. Sesuatu banget. Ini yang biasa disebut rizki anak shaleh.
Inilah pelatihan yang dirindukan. Yakni pelatihan yang tidak berbiaya (alias gratis) bahkan akomodasi sudah disiapkan. Apalagi bisa naik pesawat terbang walaupun kelas ekonomi tak apalah. Seekonomi-ekonominya Garuda tentu lebih baik dari ekonomi Singa. Kali ini pelatihan diselenggarakan di sebuah hotel berbintang empat. Hueebat bener. Sayang sekali, tidak semua fasilitas hotel dapat dinikmati. Salah satunya kolam renang. Maklum, tidak bawa pakaian renang. Kalau beli di sini, takutnya uang saku tak cukup untuk membeli oleh-oleh.
Sebenarnya bukan karena gratis, menjadikan sebuah pelatihan dirindukan. Bukan pula karena sudah disediakan akomodasi apalagi transportasi. Pelatihan yang dirindukan tentu saja pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan guru. Salah satunya pelatihan membuat buku.
Berdasarkan Permen PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009 menulis buku menjadi salah satu syarat. Yaitu syarat naik pangkat dari golongan IV/b ke golongan IV/c. Guru wajib menyusun minimal sebuah buku. Pada kenaikan pangkat sebelumnya, yakni golongan IV/a ke IV/b belum ada kewajiban ini.
Latihan menulis buku dan menerbitkannya, sangat diperlukan. Seluk-beluk penerbitan buku, sebagian besar guru belum memahaminya. Kemampuan menembus penerbit yang sudah ada diperlukan usaha keras tersendiri. Oleh karena itu, banyak guru yang belum mampu menghasilkan karya sendiri berupa buku.
Kerinduan pada pelatihan juga berdasarkan siapa narasumber. Sebagaimana pelatihan-pelatihan yang lain, narasumber hanya membawakan teori-teori yang didapatkan dari pelatihan instruktur sebelumnya. Bukan berdasar pada praktik-praktik yang telah dilakukan sebelumnya.
Jauh berbeda dengan pelatihan yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan media guru. Para narasumber, benar-benar praktisi di bidangnya. Mereka memberi motivasi dan inspirasi dari diri mereka sendiri. Sebagai contoh Mas Eko Prasetyo, diusianya yang tiga puluh lima tahun (35) sudah menghasilkan buku lima puluh tiga (53). Sesuatu banget kan. Entahlah diusianya yang ke tiga puluh sembilan (39) nanti apakah Mas Eko mampu menghasilkan sembilan puluh tiga (93) karya. Woww.
Selain itu faktor yang menjadikan pelatihan itu dirindukan, semacam mottonya StarMild “Bikin Hidup Lebih Hidup”. Pastilah sesuatu yang membosankan, pelatihan dimana pesertanya merasa ngantuk selayaknya lampu tinggal 1 watt. Yang ada hanya melihat detak jam yang seakan tak mau beranjak dari tempatnya. Pelatihan harusnya membuat segar peserta, antuisas yang tinggi, so hilanglah kantuk itu terbang bersama asap kopi hitam.

Tulisan ini juga ada di http://sutikno.gurusiana.id/article/pelatihan-yang-dirindukan-4064360.

No comments:

Post a Comment

Designed Template By Blogger Templates - Powered by Sagusablog