Breaking News

Friday, September 29, 2017

PERJALANAN MEWAH


Selesai pelatihan, teman saya memaksa untuk segera pulang. Tak sabar menunggu makan siang. Segera saya kemasi pakaian kotor serta peralatan mandi ddan buku-buku ke dalam tas. Selain oleh-oleh makanan dan cideramata, tak lupa buku tulisan teman saya masukkan ke dalam tas.
Pak Manto dengan segera pesan taksi daring dari gawainya. Menunggu lima menit, jemputan pun datang. Kami bertiga menuju terminal bus. Berbaris rapi di depan loket, kami membeli tiket dengan tujuan yang berbeda-beda.  Saya berhenti paling awal nantinya.
Setelah mendapat tiket, baru saya sadar. Wow!!! Ternyata saya jadi orang kaya. Kami akan naik “Gunung Harta”. Serasa berpetualang ala Indiana Jones yang mendapatkan harta karun. Entah mengapa, pemilik bus memberi nama itu. Mungkinkah dia pernah mendapat harta karun? Saya coba berimajinasi sejenak. Melayang menjadi orang kaya dan super kaya. Serasa membeli apa saja bisa. “Hei!!!”, teriak teman memutus anganku. Sambil menunggu datangnya bis tersebut, kami makan dan menunaikan shalat.
Selepas shalat, tidak seberapa lama teman saya berkata bis sudah datang. Kami pun bergegas menuju terminal enam. Ternyata bus yang datang bukan bus kami. Kami bertiga memiliki kekaguman yang sama dengan bus-bus ini. Roda belakang berjajar dua. Bagasi bus pun sangat lapang. Orang dengan ketinggian badan 150 centimeter dapat dengan leluasa masuk ke dalamnya. Bahkan bus lainnya bertuliskan “Double Decker”. Ketika saya amati, bus ini semacam bus tingkat. Selain bus kota, saya pernah naik bus tingkat ketika perjalanan dari Kualalumpur menuju Hatyai, Thailand. Saat liburan kuliah di Universiti Putra Malaysia.
Akhirnya, bus yang kami tunggu datang. Sebuah bus eksekutif dengan tempat duduk 2-2. Kapasitas untuk ... penumpang. Di setiap kursi telah disiapkan selimut dan bantal. Sedangkan kursinya full reclyning set serta dilengkapi dengan penahan kaki. Kakipun terasa lebih nyaman karena ada penopangnya.
Jelang Surabaya, awak bus membagikan kudapan yang dikemas dengan cantik. Isinya air mineral, dua potong roti dan kacang goreng. Rotinya pun dikemas khusus untuk perusahaan bus Gunung Hket arta. Lumayan lezat.
Harga tiket bus ini memang lebih mahal dari bus yang biasa saya naiki. Bahkan dua kali lipat. Dengan fasilitas yang diberikan, harga memang sepadan. Benar kata iklan, “Harga tidak mengkhianati kualitas”.

Perjalanan berhenti sementara di rumah makan Tuban. Ini juga paket fasilitas yang disediakan awak bus. Ditemani angin semilir yang bertiup dari laut, kami habiskan hidangan yang diberikan. Lidahku dengan mudah berdaptasi. Karena makan pada saat yang tepat, yaitu lapar.

No comments:

Post a Comment

Designed Template By Blogger Templates - Powered by Sagusablog